Di dunia, kita diperintah oleh Allah SWT untuk mencari ilmu sejak kita lahir sampai masuk liang lahat. Dan dgn ilmu, kita dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah.

Quran Digital

Assalamu'alaikum wr.wb !Terima kasih adalah kata yang bisa saya ucapkan kepada karena telah berkunjung ke Blog ini. Dan jika Blog ini dapat memberi tambahan ilmu, jangan lupa untuk berkunjung lagi ke Blog "Berbagi Ilmu" ini ya !

AKHWAT SEJATI




Seorang anak laki-laki cilik bertanya pada Ayahnya
“Abi…ceritakan padaku tentang Akhwat Sejati”
Sang Ayah pun menoleh dan tersenyum seraya menjawab

Akhwat Sejati bukanlah dilihat dari kecantikan paras wajahnya, tetapi dari
kecantikan hati yang ada dibaliknya.

Akhwat Sejati bukan dilihat dari bentuk tubuhnya yang mempesona, tapi dilihat dari
sejauh mana Ia menutupi bentuk tubuhnya.

Akhwat Sejati bukan dilihat dari begitu banyak kebaikan yang diberikan, tetapi dari
keikhlasan Ia memberikan kebaikan itu.

Akhwat Sejati bukan dilihat dari seberapa indah lantunan suaranya, tetapi dari
apa yang sering mulutnya bicarakan.

Akhwat Sejati bukan dilihat dari keahlIannya berbahasa, tetapi dilihat dari bagaimana caranya berbicara.

Sang Ayah terdIam sembari menatap putrinya
“Lantas apa lagi Abi…?”
Ketahuilah putraku….

Akhwat Sejati bukan dilihat dari keberaniannya berpakaian, tetapi dilihat dari
sejauh mana Ia berani mempertaruhkan kehormatannya.

Akhwat Sejati bukan dilihat dari kekhawatirannya digoda orang di jalan, tetapi dilihat dari
kekhawatirannya yang mengundang orang jadi tergoda.

Akhwat Sejati bukanlah dilihat dari seberapa banyak dan besarnya ujIan yang Ia jalani, tetapi dilihat dari
sejauh mana Ia menghadapi ujian itu dengan Syukur.

Dan Ingatlah…!!!

Akhwat Sejati bukanlah dilihat dari sifat supelnya dalam bergaul, tetapi dilihat dari
sejauh mana Ia bisa menjaga kehormatannya dalam bergaul.

Setelah itu Sang anak kembali bertanya
“Siapakah yang dapat menjadi kriteria seperti itu Abi…?”
Sang Ayah memberikan sebuah buku dan berkata

“Pelajarilah mereka!!”
Sang anak pun mengambil buku itu dan terlihat sebuah tulisan
“ISTRI PARA NABI”

Meski kita bukanlah salah satu dari Istri Nabi
Tapi meneladaninya adalah sebuah bentuk kecintaan kita terhadap
Allah SWT
Selengkapnya...

WANITA-WANITA ITU




Seringkali kita mendengar nama Ummu Yasir, Ummu Sulaim, Ummu Amarah, ataupun Khansa’ ridhwanallah ‘alaihinna. Merekalah wanita-wanita yang merasakan sentuhan langsung tarbiyah nabawiyah, mereka adalah bagian dari generasi terbaik dalam kurun terbaik yang pernah ada dalam sejarah peradaban manusia. Tapi Islam dan warisan kenabian Muhammad saw, tidak berakhir pada kurun tersebut, ia terus bergerak bersama putaran roda zaman. Maka sejarah Islampun bertaburan nama-nama para pahlawan wanita dari berbagai zaman. Inilah beberapa diantaranya :

- Jullanar, hidup pada abad ke-7 H / 13 M, sepupu dan istri dari salah seorang panglima terbesar dalam sejarah Islam, Mudzaffar Qutz. Kedudukan dan nasabnya yang mulia tidak menghalanginya untuk ikut berlumur debu dalam jihad fisabilillah. Pada perang ‘Ain Jalut yang merupakan turning point kekuatan muslimin dalam menghadapi ekspansi Mongol, ia turut bertempur di medan perang hingga mendapatkan syahid.
Dikisahkan bahwa pada saat mendekati kematiannya, sang suami datang dan berseru padanya “Wahai kasihku !”, ia pun membalas dengan kata-kata yang mencerminkan kedalaman imannya, “Jangan kau katakan itu, tapi katakanlah duhai Islam”, dan pada hari itu , 25 Ramadhan 658 H / 6 Desember 1260 M, terangkatlah ruhnya ke surga, bergabung dengan kafilah para syuhada.

- Syaikhah Rahmah Al-Yunusiah, ia adalah permata Islam dari generasi muta’akhirin. Berbahagialah para muslimah di Indonesia karena memiliki hubungan kebangsaan dengan wanita asal Minangkabau ini. Pada tanggal 1 November 1923 M mendirikan Madrasah lil Banat (Perguruan Diniyah Putri) di Padangpanjang. Murid-murid sekolahnya yang berasal dari seantero Asia Tenggara tidak hanya diajari ilmu-ilmu keagamaan, tapi juga dididik untuk menghadapi penjajahan Belanda. Sikap perlawanan itu juga ditunjukannya dengan menolak bantuan dari pemerintah kolonial Belanda.
Sekolah putri yang beliau dirikan diadopsi oleh Al-Azhar sebagai model untuk sekolah Al-Azhar untuk putri (sekolahnya Noura dalam novel Ayat-Ayat Cinta, he he). Sebagai penghargaan, Al-Azhar memberikan gelar Syaikhah (Syaikh wanita) kepada beliau, tidak ada wanita lain hingga kini yang pernah mendapatkan gelar tersebut dari Al-Azhar.

- Prof. Dr. Aisyah Abdurrahman Bintu Syathi, jika anda adalah penggemar karya-karya Quraish Shihab, nama Bintu Syathi tentu tidak asing lagi. Buku-bukunya kini menjadi rujukan bagi para mahasiswa tafsir dan sastra Arab. Karya tafsirnya, Tafsir Bintu Syathi, mungkin adalah satu-satunya kitab tafsir terkemuka yang pernah ditulis oleh seorang wanita. Pada tahun 1960-an beliau sering memberi kuliah dihadapan para sarjana di Roma, Aljazair, Baghdad, Khartoum, New Delhi, Rabat, dll. Tidak hanya menulis tentang tafsir, beliau juga melakukan studi tentang penyair-penyair kenamaan dari Arab. Beliau juga menulis biografi ibunda Rasulullah, para istri, para putri dan keturunan perempuan dari baginda Rasul. Tulisannya juga mencakup isu-isu kontemporer, termasuk perjuangan melawan imperialisme dan zionisme.
Lahir di Dumyat, delta Sungai Nil dan menyelesaikan pendidikan tinggi di Universitas Fuad I, Kairo. Beliau pernah menjabat sebagai guru besar ilmu-ilmu Al-Qur’an di Universitas Qarawiyin dan guru besar sastra Arab di Universitas Kairo. Warisan terbesarnya selain kitab-kitab karyanya adalah metode yang digunakannya dalam menafsirkan Al-Qur’an (yang ia akui diperoleh dari guru besarnya di Universitas Fuad I yang kemudian menjadi suaminya, Amin al Khuuli).

- Lois Lamya Al-Faruqi, istri dari salah seorang cendekiawan muslim terbesar abad lalu, Ismail Raji’ Al-Faruqi. Dilahirkan pada tanggal 25 Juli 1926, memperoleh gelar B.A dalam bidang musik dari University of Montana (1948) dan M.A dalam bidang yang sama dari Indiana University (1949) dan selanjutnya menjadi staf pengajar di Indiana University. Beliau adalah seorang ahli dalam bidang seni dan budaya Islam, juga menulis beberapa artikel untuk menjelaskan posisi wanita dalam Islam dan mengkoreksi kekeliruan gerakan feminisme yang melanda dunia Islam. Bersama suaminya, beliau juga aktif mengkampanyekan kemerdekaan Palestina. Menjadi co-author bagi suaminya dalam penyusunan The Cultural Atlas of Islam, salah satu karya monumental dalam khazanah budaya Islam.
Buku tersebut benar-benar menjadi warisan terakhir dari mereka, sebab beberapa bulan setelah penerbitan buku tersebut, tepatnya 27 Mei 1986, sekawanan perampok (yang ditengarai sebagai agen-agen Mossad) menyusup masuk ke apartemen mereka dan membunuh mereka berdua. Namanya kini diabadikan oleh Society of Ethnomusicology, Indiana University sebagai nama penghargaan bagi mereka yang berkontribusi dalam bidang musikologi di dunia Islam.

Keempat nama di atas hanyalah sedikit dari mereka yang tidak hidup bersama Rasulullah, tapi insya Allah akan dikumpulkan bersama Rasulullah saw karena iman, ilmu, dan jihad yang mereka lakukan. Selama pelita Islam masih menyala, selalu akan lahir wanita-wanita luar biasa yang turut tampil mengusung panji-panji Islam dan menegakkan bangunan madrasah nabawiyah.
“ Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain……” (Ali Imran : 195)

Kaum wanita adalah saudara kaum laki-laki dalam keimanan (Hadits)
Selengkapnya...

SUBHANALLAH...


Seperti yang telah biasa dilakukannya ketika salah satu sahabatnya
meninggal dunia Rosulullah mengantar jenazahnya sampai ke kuburan. Dan
pada saat pulangnya disempatkannya singgah untuk menghibur dan menenangkan
keluarga almarhum supaya tetap bersabar dan tawakal menerima musibah
itu.Kemudian Rosulullah berkata,”tidakkah almarhum mengucapkan wasiat
sebelum wafatnya?” Istrinya menjawab, saya mendengar dia mengatakan
sesuatu diantara dengkur nafasnya yang tersengal-sengal menjelang ajal”

“Apa yang di katakannya?”

“saya tidak tahu, ya Rosulullah, apakah ucapannya itu sekedar rintihan
sebelum mati, ataukah pekikan pedih karena dasyatnya sakaratul maut. Cuma,
ucapannya memang sulit dipahami lantaran merupakan kalimat yang
terpotong-potong.”

“Bagaimana bunyinya?” desak Rosulullah.

Istri yang setia itu menjawab,”suami saya mengatakan “Andaikata lebih
panjang lagi….andaikata yang masih baru….andaikata semuanya….” hanya
itulah yang tertangkap sehingga kami bingung dibuatnya. Apakah
perkataan-perkataan itu igauan dalam keadaan tidak sadar,ataukah
pesan-pesan yang tidak selesai?”
Rosulullah tersenyum.”sungguh yang diucapkan suamimu itu tidak
keliru,”ujarnya.

Kisahnya begini. pada suatu hari ia sedang bergegas akan ke masjid untuk
melaksanakan shalat jum’at. Ditengah jalan ia berjumpa dengan orang buta
yang bertujuan sama. Si buta itu tersaruk-saruk karena tidak ada yang
menuntun. Maka suamimu yang membimbingnya hingga tiba di masjid. Tatkala
hendak menghembuskan nafas penghabisan, ia menyaksikan pahala amal
sholehnya itu, lalu iapun berkata “andaikan lebih panjang lagi”.Maksudnya,
andaikata jalan ke masjid itu lebih panjang lagi, pasti pahalanya lebih
besar pula.

Ucapan lainnya ya Rosulullah?”tanya sang istri mulai tertarik.
Nabi menjawab,”adapun ucapannya yang kedua dikatakannya tatkala, ia
melihat hasil perbuatannya yang lain. Sebab pada hari berikutnya, waktu ia
pergi ke masjid pagi-pagi, sedangkan cuaca dingin sekali, di tepi jalan ia
melihat seorang lelaki tua yang tengah duduk menggigil, hampir mati
kedinginan. Kebetulan suamimu membawa sebuah mantel baru, selain yang
dipakainya. Maka ia mencopot mantelnya yang lama, diberikannya kepada
lelaki tersebut. Dan mantelnya yang baru lalu dikenakannya. Menjelang
saat-saat terakhirnya, suamimu melihat balasan amal kebajikannya itu
sehingga ia pun menyesal dan berkata, “Coba andaikan yang masih baru yang
kuberikan kepadanya dan bukan mantelku yang lama, pasti pahalaku jauh
lebih besar lagi”.Itulah yang dikatakan suamimu selengkapnya.

Kemudian, ucapannya yang ketiga, apa maksudnya, ya Rosulullah?” tanya sang
istri makin ingin tahu. Dengan sabar Nabi menjelaskan,”ingatkah kamu pada
suatu ketika suamimu datang dalam keadaan sangat lapar dan meminta
disediakan makanan? Engkau menghidangkan sepotong roti yang telah dicampur
dengan daging. Namun, tatkala hendak dimakannya, tiba-tiba seorang
musyafir mengetuk pintu dan meminta makanan. Suamimu lantas membagi
rotinya menjadi dua potong, yang sebelah diberikan kepada musyafir itu.
Dengan demikian, pada waktu suamimu akan nazak, ia menyaksikan betapa
besarnya pahala dari amalannya itu. Karenanya, ia pun menyesal dan berkata
‘ kalau aku tahu begini hasilnya, musyafir itu tidak hanya kuberi separoh.
Sebab andaikata semuanya kuberikan kepadanya, sudah pasti ganjaranku akan
berlipat ganda. Memang begitulah keadilan Tuhan. Pada hakekatnya, apabila
kita berbuat baik, sebetulnya kita juga yang beruntung, bukan orang lain.
Lantaran segala tindak-tanduk kita tidak lepas dari penilaian Allah. Sama
halnya jika kita berbuat buruk. Akibatnya juga akan menimpa kita
sendiri.Karena itu Allah mengingatkan: “kalau kamu berbuat baik,
sebetulnya kamu berbuat baik untuk dirimu. Danjika kamu berbuat buruk,
berarti kamu telah berbuat buruk atas dirimu pula.”(surat Al Isra’:7)
Menyiasati Emosi Marah Dalam Keluarga
9 May 2006 at 9:11 am | Posted in Artikel Islami | Comments Off

KEHIDUPAN dalam keluarga yang terdiri atas ayah, ibu dan anak itu sangat
berpeluang untuk memancing rasa marah. Penyebabnya, bisa macam-macam.
Mulai dari yang sepele sampai yang serius. Sebenarnya marah adalah reaksi
emosional yang sangat wajar, seperti juga perasaan takut, sedih dan rasa
bersalah. Hanya biasanya kemarahan itu memunculkan dampak langsung yang
lebih merusak.

Menurut Heman Elia, seorang psikolog, menuntut agar anak tidak marah bukan
saja tidak realistis, namun juga kurang sehat. Anak yang kurang mampu
memperlihatkan rasa marah dapat menderita cacat cukup serius dalam
hubungan sosialnya kelak. Ia mungkin akan tampak seolah tidak memiliki
daya tahan atau kekuatan untuk membela diri dalam menghadapi tekanan
sosial. Akibatnya, ia mudah terpengaruh dan mudah menjadi objek manipulasi
orang lain.

Dengan demikian, kita harus bersikap bijaksana dalam menyikapi kemarahan
seorang anak. Caranya yaitu dengan membantu anak untuk menyatakan
kemarahan secara wajar dan proporsional. Heman Elia, menyarankan dalam
mengajar anak mengungkapkan kemarahannya haruslah dimulai sedini mungkin.
Terutama sejak anak mulai dapat berkata-kata. Kuncinya adalah agar anak
menyatakan kemarahan dalam bentuk verbal.

Yang jelas, pada saat marah menguasai seseorang, maka akan terjadi
ketidakseimbangan pikiran manusia berupa hilangnya kemampuan untuk
berpikir sehat. Atas alasan inilah, barangkali kenapa Sayyid Mujtaba M.L.
mengungkapkan kejahatan merupakan perwujudan dari kepribadian yang tidak
seimbang. Ketika seorang individu kehilangan pengawasan atas akalnya, maka
ia juga akan kehilangan kendali atas kehendak dan dirinya sendiri. Manusia
tersebut tidak hanya lepas dari kendali akal, tetapi juga kehilangan
perannya sebagai unsur yang produktif dalam kehidupan dan pada gilirannya
berubah menjadi makhluk sosial yang berbahaya.

Ada beberapa alasan mengapa seseorang dianggap penting untuk mengendalikan
marah dalam kehidupan kesehariannya. Pertama, marah menyebabkan tercela.
Timbulnya sikap marah, biasanya akan melahirkan suatu perasaan menyesal
setelah marahnya berhenti. Dr. Mardin menguraikan, seseorang yang sedang
marah, apa pun alasannya akan menyadari ketidakberartian hal itu segera
setelah ia tenang, dan dalam kebanyakan kasus ia akan merasa harus meminta
maaf kepada mereka yang telah ia hina. Untuk itu, tepatlah apa yang
dikatakan Imam Ja’far Ash-Shadiq as, yaitu “Hindarilah amarah, karena hal
itu akan menyebabkan kamu tercela.”

Kedua, marah dapat membinasakan hati. Marah itu tidak lain merupakan salah
satu penyakit hati yang kalau dibiarkan akan dapat merusak diri secara
keseluruhan. Imam Ja’far Ash-Shadiq as berkata, “Amarah membinasakan hati
dan kebijaksanaan, barangsiapa yang tidak dapat menguasainya, maka ia
tidak akan dapat mengendalikan pikirannya.”

Ketiga, marah dapat mengubah fungsi organ tubuh. Berkait dengan ini, Dr.
Mann menyebutkan berdasarkan penyelidikan ilmiah mengenai pengaruh
fisiologis akibat kecemasan (baca: marah-Pen) telah mengungkapkan adanya
berbagai perubahan dalam seluruh anggota tubuh seperti hati, pembuluh
darah, perut, otak dan kelenjar-kelenjar dalam tubuh. Seluruh jalan fungsi
tubuh yang alamiah berubah pada waktu marah. Hormon adrenalin dan
hormon-hormon lainnya menyalakan bahan bakar pada saat marah muncul.

Keempat, marah akan “mempercepat” kematian. Amarah yang terjadi pada
seseorang akan memengaruhi atas kualitas kesehatannya. Menurut para ahli
kesehatan, amarah dapat menyebabkan kematian secara mendadak jika hal itu
mencapai tingkat kehebatan tertentu. Imam Ali as pernah berkata,
“Barangsiapa yang tidak dapat menahan amarahnya, maka akan mempercepat
kematian.” Berkait dengan pengendalian marah, secara umum seperti diungkap
Drs. Karman ada empat kiatnya, yaitu: Pertama, bila Anda sedang marah maka
hendaklah membaca “ta’awwudz” (memohon perlindungan) kepada Allah SWT,
sebab pada hakikatnya perasaan marah yang tidak terkendali adalah dorongan
setan. Nabi saw. bersabda, “Apabila salah seorang di antaramu marah maka
katakanlah: ‘Aku berlindung kepada Allah’, maka marahnya akan menjadi
reda”. (HR Abi Dunya).

Kedua, bila Anda sedang marah maka berusahalah untuk diam atau tidak
banyak bicara, sebagaimana sabda Nabi saw., “Apabila salah seorang di
antara kamu marah maka diamlah.” (HR Ahmad).

Ketiga, bila Anda sedang marah dalam keadaan berdiri maka duduklah, bila
duduk masih marah maka berbaringlah. Hal tersebut ditegaskan oleh Nabi
saw., “Marah itu dari setan, maka apabila salah seorang di antaramu marah
dalam keadaan berdiri duduklah, dan apabila dalam keadaan duduk maka
berbaringlah.” (HR Asy-Syaikhany).

Keempat, bila upaya ta’awwudz, diam, duduk, dan berbaring tidak mampu
mengendalikan amarah Anda, maka upaya terakhir yang bisa dilakukan adalah
dengan cara berwudu atau mandi. Sebagaimana sabda Nabi saw., “Sesungguhnya
marah itu dari setan dan setan terbuat dari api. Dan api hanya bisa
dipadamkan oleh air. Oleh karena itu, apabila seorang di antaramu marah
maka berwudulah atau mandilah.” (HR Ibnu Asakir, Mauquf).

Menyiasati marah

Manakala seorang anak kecil merasa kecewa tanpa Anda memarahinya dengan
kasar, menurut Dr. Victor Pashi, Anda dapat menekan amarah tersebut dengan
memandikannya menggunakan air dingin atau menyelimutinya dengan kain
lembab atau basah.

Lebih dari itu, Jaudah Muhammad Awwad, dalam Mendidik Anak Secara Islam,
mengungkapkan, pada anak, faktor pemicu kemarahan lebih berkisar pada
pembatasan gerak, beban yang terlalu berat dan di luar kemampuan anak.
Misalnya menjauhkan anak dari sesuatu yang disukainya, atau memaksa anak
untuk mengikuti tradisi atau sistem yang ditetapkan.

Oleh sebab itu, Jaudah menyarankan beberapa hal yang patut diperhatikan
dalam mengatasi kemarahan yang timbul pada anak-anak, di antaranya adalah:

Tidak membebani anak dengan tugas yang melebihi kemampuannya. Kalaupun
tugas itu banyak atau pekerjaan yang di luar kemampuannya itu harus
diberikan, kita harus memberikannya secara bertahap dan berupaya agar anak
menerimanya dengan senang.
Ciptakan ketenangan anak karena emosi yang dipancarkan anggota keluarga,
terutama ayah dan ibu, akan terpancar juga dalam jiwa anak-anak.
Hindarkan kekerasan dan pukulan dalam mengatasi kemarahan anak karena itu
akan membentuk anak menjadi keras dan cenderung bermusuhan.
Gunakan cara-cara persuasif, lembut, kasih sayang, dan pemberian hadiah.
Ketika anak kita dalam keadaan marah, bimbinglah tangannya menuju tempat
wudu dan ajaklah dia berwudu atau mencuci mukanya. Jika dia marah sambil
berdiri, bimbinglah agar dia mau duduk.
Sementara itu upaya pengendalian marah dalam hubungan suami-istri,
sebenarnya lebih ditekankan pada bagaimana mengendalikan ego
masing-masing. Kunci utamanya adalah berusaha dengan membangun iklim
keterbukaan dan kasih sayang di antara keduanya. Begitu pula halnya dengan
anggota keluarga lainnya, seperti dengan anak-anak.

Cara menyiasatinya, ketika salah satu pihak (terpaksa) marah, maka
hendaknya pihak lainnya harus mampu untuk mengekang keinginan membalas
kemarahannya. Sikap kita lebih baik diam. Karena diam ketika suasana marah
merupakan upaya yang efektif dalam mengendalikan marah agar keburukannya
tidak menyebar ke lingkungan sekitarnya.

Akhirnya, ketika seseorang tidak dapat berpikir sehat akibat marah, maka
sebaiknya orang tersebut tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang mungkin
akan disesalinya kemudian. Sebagai alat untuk menekan marah dan
menghindarkan akibat-akibatnya, Imam Ali as telah memerintahkan agar kia
bersabar. Wallahu’alam
Selengkapnya...

MENYIASATI EMOSI MARAH DALAM KELUARGA


KEHIDUPAN dalam keluarga yang terdiri atas ayah, ibu dan anak itu sangat
berpeluang untuk memancing rasa marah. Penyebabnya, bisa macam-macam.
Mulai dari yang sepele sampai yang serius. Sebenarnya marah adalah reaksi
emosional yang sangat wajar, seperti juga perasaan takut, sedih dan rasa
bersalah. Hanya biasanya kemarahan itu memunculkan dampak langsung yang
lebih merusak.

Menurut Heman Elia, seorang psikolog, menuntut agar anak tidak marah bukan
saja tidak realistis, namun juga kurang sehat. Anak yang kurang mampu
memperlihatkan rasa marah dapat menderita cacat cukup serius dalam
hubungan sosialnya kelak. Ia mungkin akan tampak seolah tidak memiliki
daya tahan atau kekuatan untuk membela diri dalam menghadapi tekanan
sosial. Akibatnya, ia mudah terpengaruh dan mudah menjadi objek manipulasi
orang lain.

Dengan demikian, kita harus bersikap bijaksana dalam menyikapi kemarahan
seorang anak. Caranya yaitu dengan membantu anak untuk menyatakan
kemarahan secara wajar dan proporsional. Heman Elia, menyarankan dalam
mengajar anak mengungkapkan kemarahannya haruslah dimulai sedini mungkin.
Terutama sejak anak mulai dapat berkata-kata. Kuncinya adalah agar anak
menyatakan kemarahan dalam bentuk verbal.

Yang jelas, pada saat marah menguasai seseorang, maka akan terjadi
ketidakseimbangan pikiran manusia berupa hilangnya kemampuan untuk
berpikir sehat. Atas alasan inilah, barangkali kenapa Sayyid Mujtaba M.L.
mengungkapkan kejahatan merupakan perwujudan dari kepribadian yang tidak
seimbang. Ketika seorang individu kehilangan pengawasan atas akalnya, maka
ia juga akan kehilangan kendali atas kehendak dan dirinya sendiri. Manusia
tersebut tidak hanya lepas dari kendali akal, tetapi juga kehilangan
perannya sebagai unsur yang produktif dalam kehidupan dan pada gilirannya
berubah menjadi makhluk sosial yang berbahaya.

Ada beberapa alasan mengapa seseorang dianggap penting untuk mengendalikan
marah dalam kehidupan kesehariannya. Pertama, marah menyebabkan tercela.
Timbulnya sikap marah, biasanya akan melahirkan suatu perasaan menyesal
setelah marahnya berhenti. Dr. Mardin menguraikan, seseorang yang sedang
marah, apa pun alasannya akan menyadari ketidakberartian hal itu segera
setelah ia tenang, dan dalam kebanyakan kasus ia akan merasa harus meminta
maaf kepada mereka yang telah ia hina. Untuk itu, tepatlah apa yang
dikatakan Imam Ja’far Ash-Shadiq as, yaitu “Hindarilah amarah, karena hal
itu akan menyebabkan kamu tercela.”

Kedua, marah dapat membinasakan hati. Marah itu tidak lain merupakan salah
satu penyakit hati yang kalau dibiarkan akan dapat merusak diri secara
keseluruhan. Imam Ja’far Ash-Shadiq as berkata, “Amarah membinasakan hati
dan kebijaksanaan, barangsiapa yang tidak dapat menguasainya, maka ia
tidak akan dapat mengendalikan pikirannya.”

Ketiga, marah dapat mengubah fungsi organ tubuh. Berkait dengan ini, Dr.
Mann menyebutkan berdasarkan penyelidikan ilmiah mengenai pengaruh
fisiologis akibat kecemasan (baca: marah-Pen) telah mengungkapkan adanya
berbagai perubahan dalam seluruh anggota tubuh seperti hati, pembuluh
darah, perut, otak dan kelenjar-kelenjar dalam tubuh. Seluruh jalan fungsi
tubuh yang alamiah berubah pada waktu marah. Hormon adrenalin dan
hormon-hormon lainnya menyalakan bahan bakar pada saat marah muncul.

Keempat, marah akan “mempercepat” kematian. Amarah yang terjadi pada
seseorang akan memengaruhi atas kualitas kesehatannya. Menurut para ahli
kesehatan, amarah dapat menyebabkan kematian secara mendadak jika hal itu
mencapai tingkat kehebatan tertentu. Imam Ali as pernah berkata,
“Barangsiapa yang tidak dapat menahan amarahnya, maka akan mempercepat
kematian.” Berkait dengan pengendalian marah, secara umum seperti diungkap
Drs. Karman ada empat kiatnya, yaitu: Pertama, bila Anda sedang marah maka
hendaklah membaca “ta’awwudz” (memohon perlindungan) kepada Allah SWT,
sebab pada hakikatnya perasaan marah yang tidak terkendali adalah dorongan
setan. Nabi saw. bersabda, “Apabila salah seorang di antaramu marah maka
katakanlah: ‘Aku berlindung kepada Allah’, maka marahnya akan menjadi
reda”. (HR Abi Dunya).

Kedua, bila Anda sedang marah maka berusahalah untuk diam atau tidak
banyak bicara, sebagaimana sabda Nabi saw., “Apabila salah seorang di
antara kamu marah maka diamlah.” (HR Ahmad).

Ketiga, bila Anda sedang marah dalam keadaan berdiri maka duduklah, bila
duduk masih marah maka berbaringlah. Hal tersebut ditegaskan oleh Nabi
saw., “Marah itu dari setan, maka apabila salah seorang di antaramu marah
dalam keadaan berdiri duduklah, dan apabila dalam keadaan duduk maka
berbaringlah.” (HR Asy-Syaikhany).

Keempat, bila upaya ta’awwudz, diam, duduk, dan berbaring tidak mampu
mengendalikan amarah Anda, maka upaya terakhir yang bisa dilakukan adalah
dengan cara berwudu atau mandi. Sebagaimana sabda Nabi saw., “Sesungguhnya
marah itu dari setan dan setan terbuat dari api. Dan api hanya bisa
dipadamkan oleh air. Oleh karena itu, apabila seorang di antaramu marah
maka berwudulah atau mandilah.” (HR Ibnu Asakir, Mauquf).

Menyiasati marah

Manakala seorang anak kecil merasa kecewa tanpa Anda memarahinya dengan
kasar, menurut Dr. Victor Pashi, Anda dapat menekan amarah tersebut dengan
memandikannya menggunakan air dingin atau menyelimutinya dengan kain
lembab atau basah.

Lebih dari itu, Jaudah Muhammad Awwad, dalam Mendidik Anak Secara Islam,
mengungkapkan, pada anak, faktor pemicu kemarahan lebih berkisar pada
pembatasan gerak, beban yang terlalu berat dan di luar kemampuan anak.
Misalnya menjauhkan anak dari sesuatu yang disukainya, atau memaksa anak
untuk mengikuti tradisi atau sistem yang ditetapkan.

Oleh sebab itu, Jaudah menyarankan beberapa hal yang patut diperhatikan
dalam mengatasi kemarahan yang timbul pada anak-anak, di antaranya adalah:

Tidak membebani anak dengan tugas yang melebihi kemampuannya. Kalaupun
tugas itu banyak atau pekerjaan yang di luar kemampuannya itu harus
diberikan, kita harus memberikannya secara bertahap dan berupaya agar anak
menerimanya dengan senang.
Ciptakan ketenangan anak karena emosi yang dipancarkan anggota keluarga,
terutama ayah dan ibu, akan terpancar juga dalam jiwa anak-anak.
Hindarkan kekerasan dan pukulan dalam mengatasi kemarahan anak karena itu
akan membentuk anak menjadi keras dan cenderung bermusuhan.
Gunakan cara-cara persuasif, lembut, kasih sayang, dan pemberian hadiah.
Ketika anak kita dalam keadaan marah, bimbinglah tangannya menuju tempat
wudu dan ajaklah dia berwudu atau mencuci mukanya. Jika dia marah sambil
berdiri, bimbinglah agar dia mau duduk.
Sementara itu upaya pengendalian marah dalam hubungan suami-istri,
sebenarnya lebih ditekankan pada bagaimana mengendalikan ego
masing-masing. Kunci utamanya adalah berusaha dengan membangun iklim
keterbukaan dan kasih sayang di antara keduanya. Begitu pula halnya dengan
anggota keluarga lainnya, seperti dengan anak-anak.

Cara menyiasatinya, ketika salah satu pihak (terpaksa) marah, maka
hendaknya pihak lainnya harus mampu untuk mengekang keinginan membalas
kemarahannya. Sikap kita lebih baik diam. Karena diam ketika suasana marah
merupakan upaya yang efektif dalam mengendalikan marah agar keburukannya
tidak menyebar ke lingkungan sekitarnya.

Akhirnya, ketika seseorang tidak dapat berpikir sehat akibat marah, maka
sebaiknya orang tersebut tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang mungkin
akan disesalinya kemudian. Sebagai alat untuk menekan marah dan
menghindarkan akibat-akibatnya, Imam Ali as telah memerintahkan agar kia
bersabar. Wallahu’alam
Selengkapnya...

TUJUAN MANUSIA DICIPTAKAN



Tujuan Manusia Diciptakan

>> Pertanyaan :

Apa tujuan penciptaan manusia?

>> Jawaban :

Sebelum menjawab pertanyaan ini, saya ingin meng-ingatkan pada kaidahumum tentang apa yang diciptakan Allah Ta'ala dan apa yangdisyariatkan-Nya. Kaidah ini diambil dari firman Allah Ta'ala:

Sesungguhnya Dialah yang Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. [Yusuf:83], dan firman-Nya:

Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. [Al-Ahzab:1] serta ayat-ayat lainnya yang menunjukkan tentang pene-tapan hikmahAllah Ta'ala pada apa yang diciptakan-Nya dan apa yangdisyariatkan-Nya, yaitu ketentuan-ketentuan-Nya dalam penciptaan dansyariat. Sesungguhnya tidak ada sesuatu pun yang diciptakan AllahTa'ala kecuali ada hikmahnya, baik itu dalam hal mengadakannya ataupunmeniadakannya, dan tidak ada sesuatu pun yang disyariatkan AllahTa'ala kecuali untuk suatu hikmah, baik itu yang diwajibkan, atau yangdiha-ramkan ataupun yang dibolehkan.

Namun kadang-kadang hikmah-hikmah yang tercakup dalam hikmahpenciptaan dan pensyariatan itu kita ketahui, kadang pula tidak kitaketahui dan ada pula yang hanya diketahui oleh sebagian orang sajasesuai dengan ilmu dan pemahaman yang diberikan Allah Ta'ala kepadamereka. Demikianlah, maka kami katakan; bahwa sesungguh-nya AllahTa'ala menciptakan jin dan manusia untuk suatu hikmah yang agung dantujuan yang mulia, yaitu untuk beribadah [menghamba] kepada-Nya,sebagaimana firman-Nya:

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya merekamenyembah-Ku. [Adz-Dzariyat: 56].

Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamusecara main-main [saja], dan bahwa kamu tidak akan dikembali-kankepada Kami[Al-Mukminun: 115].

Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja [tanpapertanggungjawaban][Al-Qiyamah: 36].

Dan masih banyak ayat-ayat lainnya yang menunjukkan bahwa Allah Ta'alamempunyai hikmah yang agung dalam penciptaan jin dan manusia, yaituuntuk beribadah kepada-Nya.

Ibadah adalah tunduk dan patuh kepada Allah Ta'ala dengan penuhkecintaan dan pengagungan dalam melaksanakan perintah-perintah-Nya danmenjauhi larangan-larangan-Nya sesuai dengan tuntunan yang ditetapkandalam syariat-syariat-Nya. Allah Ta'ala berfirman,

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah denganmemurnikan ketaatan kepada-Nya dalam [menjalankan] agama yang lurus.[Al-Bayyinah: 5].

Jadi, itulah hikmah penciptaan jin dan manusia. Dan berdasarkan ini,maka barangsiapa yang membelakangi Rabbnya dan enggan beriba-dahkepada-Nya, berarti ia telah mencampakkan hikmah penciptaan para hamba,dan perbuatannya itu berarti persaksiannya bahwa Allah Ta'ala telahmenciptakan makhluk dengan sia-sia, kendati hal itu tidakdinyata-kannya, namun telah menunjukkan keangkuhan dan kesombongannyauntuk taat kepada Rabbnya.
Selengkapnya...

KETEGUHAN SEORANG ISTRI




Barangsiapa yang mengharapkan mati syahid dgn sepenuh hati, maka ALLAH akan memberikan
mati syahid kepadanya meskipun ia mati ditempat tidur (hadis).

Dunia hanya satu terminal dari seluruh fase kehidupan. Hanya Allah yang tahu rentang
usia seorang manusia.

Saya, Khadijah sebut saja demikian, menikah dengan Muhammad, 3 Oktober 1993.
Muhammad adalah kakak kelas saya di IPB. Selama menikah, suami sering mengingatkan
saya tentang kematian, tentang syurga, tentang syahid, dan sebagainya. Setiap kami
bicara tentang sesuatu, ujung2nya bicara tentang kematian dan indahnya syurga itu
bagaimana. Kalau kita bicara soal nikmatnya materi, suami mengaitkannya dengan
kenikmatan syurga yang lebih indah. Bahkan, berulang-ulang dia mengatakan, nanti
kita ketemu lagi di syurga. Itu mempunyai makna yg dalam bagi saya.

Hari itu, 16 Januari 1996, kami ke rumah orang tua di Jakarta. Seolah suami
mengembalikan saya kepada orang tua. Malam itu juga, suami saya mengatakan harus
kembali ke Bogor, karena harus mengisi diklat besok paginya. Menurutnya, kalau
berangkat pagi dari Jakarta khawatir terlambat.

Mendekati jam 12 malam, saya bangun dari tidur, perut saya sakit, keringat dingin
mengucur, rasanya ingin muntah. Saya bilang pada ibu saya, untuk diobati. Saya kira
maag saya kambuh. Saya sempat berpikir suami saya di sana sudah istirahat, sudah
senang, sudah sampai karena berangkat sejak maghrib. Saya juga berharap kalau ada
suami saya mungkin saya dipijitin atau bagimana. Tapi rupanya pada saat itulah
terjadi peristiwa tragis menimpa suami saya.

Jam tiga malam, saya terbangun. Kemudian saya shalat. Entah kenapa, meskipun badan
kurang sehat, saya ingin ngaji. Lama sekali saya menghabiskan lembar demi lembar
mushaf kecil saya. Waktu shubuh rasanya lama sekali. Badan saya sangat lelah dan
akhirnya tertidur hingga subuh. Pagi harinya, saya mendapat berita dari seorang
akhwat di Jakarta, bahwa suami saya dalam kondisi kritis. Karena angkutan yang
ditumpanginya hancur ditabrak truk tronton di jalan raya Parung. Sebenarnya waktu
itu suami saya sudah meninggal. Mungkin sengaja beritanya dibuat begitu biar saya
tidak kaget. Namun tak lama kemudian, ada seorang teman di Jakarta yang
memberitahukan bahwa beliau sudah meninggal. Inna lillahi wainna ilaihi rajiun.

Entah kenapa, mendengar berita itu hati saya tetap tegar. Saya sendiri tidak
menyangka bisa setegar itu. Saya berusaha membangun keyakinan bahwa suami saya mati
syahid. Saya bisa menasihati keluarga dan langsung ke Bogor. Disana, suami saya
sudah dikafani. Sambil menangis saya menasihati ibu, bahwa dia bukan milik kita.
Kita semua bukan milik kita sendiri tapi milik ALLAH.

Alhamdulillah ALLAH memberi kekuatan. Kepada orang2 yang bertakziah waktu itu, saya
mengatakan : “Doakan dia supaya syahid.. doakan dia supaya syahid”. Sekali lagi
ketabahan saya waktu itu semata datang dari ALLAH, kalau tidak, mungkin saya sudah
pingsan.

Seperti tuntunan Islam, segala hutang orang yang meninggal harus ditunaikan. Meski
tidak ada catatannya, tapi tanpa disadari, saya ingat sekali hutang2 suami. Saya
memang sering bercanda sama suami, “Mas kalau ada hutang, catat. Nanti kalau Mas
meninggal duluan saya tahu saya harus bayar berapa.” Canda itu memang se! ring
muncul ketika kami bicara masalah kematian. Sampai saya pernah bilang pada suami
saya, “kalau mas meninggal duluan, saya yang mandiin. Kalau mas meninggal duluan,
saya kembali lagi ke ummi, jadi anaknya lagi.” Semua itu akhirnya menjadi kenyataan.

Beberapa hari setelah musibah itu, saya harus kembali ke rumah kontrakan di Bogor
untuk mengurus surat2. Saat saya buka pintunya, tercium bau harum sekali. Hampir
seluruh ruangan rumah itu wangi. Saya sempat periksa barangkali sumber wangi itu ada
pada buah-buahan, atau yang lainnya. Tapi tidak ada. Ruangan yg tercium paling
wangi, tempat tidur suami dan tempat yg biasa ia gunakan bekerja.

Beberapa waktu kemudian, dalam tidur, saya bermimpi bersalaman dengan dia. Saya cium
tangannya. Saat itu dia mendoakan saya: “Zawadakillahu taqwa waghafara dzanbaki, wa
yassara laki haitsu ma kunti” (Semoga Allah menambah ketakwaan padamu, mengampuni
dosamu, dan mempermudah segala urusanmu di manasaja). Sambil menangis, saya balas
doa itu dengan doa serupa.

Semasa suami masih hidup, doa itu memang biasa kami ucapkan ketika kami akan
berpisah. Saya biasa mencium tangan suami bila ia ingin keluar rumah. Ketika kami
saling mengingatkan, kami juga saling mendoakan.

Banyak doa-doa yang diajarkan suami saya. Ketika saya sakit, suami saya menulis doa
di white board. Sampai sekarang saya selalu baca doa itu. Anak saya juga hafal. Saya
banyak belajar darinya. Dia guru saya yang paling baik. Dia juga bisa menjelaskan
bagaimana indahnya syurga. Bagaimana indahnya syahid.

Waktu saya wisuda, 13 Januari 1996 saya sempat bertanya pada suami, “Mas nanti saya
kerja di mana?” Suami diam sejenak. Akhirnya suami saya mengatakan supaya wanita itu
memelihara jati diri. Saya bertanya, “Maksudnya apa?”, “Beribadah, bekerja membantu
suaminya, dan bermasyarakat”. Saya berpikir bahwa saya harus mengurus rumah tangga
dengan baik. Tidak usah memikir! kan pekerjaan. Sekarang, setiap bulan saya hidup
dari pensiun pegawai negeri suami. Meskipun sedikit, tapi saya merasa cukup. Dan
rejeki dari ALLAH tetap saja mengalir. ALLAH memang memberi rejeki pd siapa saja,
dan tidak tergantung kepada siapa saja. Katakanlah meski suami saya tidak ada,tapi
rejeki ALLAH itu tidak akan pernah habis.

Insya ALLAH saya optimis dengan anak2 saya. Saya ingat sabda Nabi : “Aku dan
pengasuh anak yatim seperti ini”, sambil mendekatkan kedua buah jari tangannya. Saya
bukan pengasuh anak yatim, tapi ibunya anak yatim. Meski masih kecil-kecil, saya
sudah merasakan kedewasaan mereka. Kondisi yang mereka alami, membuat mereka lebih
cepat mengerti tentang kematian, neraka, syurga bahkan tentang syahid. Rezeki yg
saya terima, tak mustahil lantaran keberkahan mereka.
Selengkapnya...

TEMPAT MENCARI ILMU


dari mana kita memperoleh ilmu??

ıɹɐp ɐuɐɯ ɐʇıʞ ɥǝloɹǝdɯǝɯ nɯlı¿¿


Selengkapnya...

HINDARKAN DIRI DARI LAKNAT ALLOH SWT


Dalam Shohih Muslim Hadist 1919, sunan Nasa’i Hadist 4502, dan juga dalam Adabul Mufrod-nya Imam Bukhori hal. 17, terdapat cerita sahabat Ali r.a yang menyatakan bahwa dirinya pernah merasa diistimewakan oleh Nabi dengan apa yang ada dalam sarung pedangnya. Ternyata, apa yang ada dalam sarung pedangnya tersebut? Tidak lain adalah nasehat pitutur, acuan akhlaq dan moral atau boleh dikata pesan untuk “modal” melangsungkan pergaulan hidup manusia.
Dalam “pesan” tersebut, ada 4 perkara yang patut dan bahkan wajib diperhatikan.

Pertama: Alloh swt melaknat orang yang menyembelih hewan karena selain Alloh SWT. Kasus sesaji ala Yogja pasca gempa, kasus wadal ala Lapindo, kasus-kasus lain adalah cermin dari yang selain Alloh SWT. Bahkan Abdul Qodir Jaelani pun termasuk dalam makna selain Alloh SWT. Hal ini sebagaimana terdapat dalam Tafsir Ibnu Katsir jilid III halaman 747 pada bagian Food Noote, ketika Ibnu Katsir menjelaskan Q.S. 29:65,. Perilaku “perantara” itu sama juga dengan gambaran Musyrikin dahulu ketika “berperantara” pada berhala sebagaimana digambarkan Q.S. 39:3.

Ingatlah, hanya kepunyaan Alloh-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Alloh (berkata) : “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah SWT dengan sedekat-dekatnya.” Sesungguhnya Allah SWT akan memutuskan diantara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah SWT tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar. (Q.S. 39:3)

Padahal prinsip prilaku tauhid dalamIslam adalah sebagaimana gambaran Allah dalam Q.S. 6 : 162-163. Katakanlah:”Sesungguhnya sholatku, Ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan Semesta Alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri”.

Kedua: Bahwa Allah SWT melaknat orang yang mencuri atau memindah batas tanah. Bahkan dalam shohih Bukhori Hadist ke 1172 dan 1173 Rosululloh menggambarkan akibat bagi mereka yang menilap harta/tanah orang lain dengan membenamkannya ke lapis bumi yang paling dalam. Laknat ini pun berlaku bagi siapapun yang tanpa hak merampas dan atau menilap harta milik sesame. Menilap dan atau memindahkan hak milik orang lain menjadi milik pribadi tersebut semisal mengkorup harta Negara atau rakyat, menilap harta faqir miskin yatim piatu, menilap harta partai ataupun harta organisasi dan sejenis itu.

Yang ketiga: Pesan Nabi yang dianggap istimewa oleh sahabat Ali r.a adalah bahwa Allah melaknat orang yang mencaci ibu bapaknya. Boleh jadi dengan kita memaki orang tua orang lain, yang menjadi sebab orang lain memaki orang tua kita. Secara detail Adabul Mufrodnya Imam Bukhori pada hadist 9,11,13 dan 31. juga dalam shohih Muslim hadist ke 2181 yang menjelaskan tentang celakanya orang yang sempat mendapati keduanya dan atau salah satu orang tuanya telah renta, tetapi dia gagal menggapai surga Allah. Boleh dikata bersyukurlah bagi siapa yang “DITUMPANGI” orang tuanya disaat beliau sudah tua renta, sehingga dengan itu orang dapat menjadikan sebagai jalan menuju surga Allah SWT.

Dan yang ke empat : adalah bahwa Allah SWT melaknat orang yang melindungi dan atau mendukung ahli bid’ah dan kejahatan. Dalam hal ini, bahkan Imam Malik menyatakan bahwa “duduk” dengan pelaku ma’shiyat adalah lebih patut daripada “duduk” bersama dengan ahli bid’ah. Kenapa? Ternyata peluang taubatnya pelaku ma’shiyat adalah lebih mudah dan lebih terbuka dibandingkan dengan peluang taubatnya ahli bid’ah.

Sebab pelaku ma’shiyat lebih cenderung memperturutkan dorongan nafsu yang memungkinkan untuk dapat surut kembali pada kesadaran fitrahnya, akan tetapi ahli bid’ah ternayta lebih di dominasi oleh aspek kepercayaan yang salah kaprah. Semisal tahayul dan khurofat. Dan ini lebih sulit nerima ajaran agama yang sebenarnya, oleh sebab mereka lebih cenderung mengemukakan alas an yang diada-adakan.

Dari paparan singkat diatas, adakah kita termasuk dalam bagian yang TERLAKNAT? Jika “Ya” segera langsungkan Taubatan Nasuha, jika “Tidak” maka bersatulah bertahan diri di tengah maraknya kemusyrikan modern, perampasan dengan dalih RAB dan LJP, pencacian orang tua melalui perilaku tak sadar diri akan keturunan diri, dan perilaku bid’ah yang berpenampilan “hampir-hampir seperti agama yang sesungguhnya”.
Selengkapnya...

MENSYUKURI NIKMAT UMUR UNTUK MENGGAPAI KESELAMATAN DUNIA AKHERAT


A da kenikmatan yang patut kita syukuri, yakni: Pertama nikmat umur, Bahwa dengan kita hidup berarti saat itu kenikmatan umur masih dikucurkan Allah pada kita kenikmatan umur tersebut hendaknya kita manfaatkan sebaik mungkin dengan cara memperpadat “Amal Shaleh” sesuai dengan Sunnatullahnya umur itu sendiri. Disaat muda, dewasa, dan tua renta, tentu memiliki kemampuan memperpadat amal sholeh secara berbeda-beda. Dan semuanya pasti akan kita tuai hasilnya di akhirat ( Innaka kadikhun Ila Robbika Kadkhan Famulaqi).

Panjang pendeknya umur, tentu bukanlah jaminan akan keselamatan ukhrowi kita. Sebab, keselamatan ukhrowi sangat ditentukan oleh “USAHA” taat kita selama masih di dunia.


Mutiara Kata

Kesedihan dalam urusan dunia dapat menggelapkan hati.
Sedangkan kesedihan dalam urusan Akhirat bisa menerangi hati.


Keselamatan yang kita inginkan, Tentunya keselamatan dunia dan keselamatan akhirat, sebagaimana do’a kita “Robbanaa atina fiddunya Khasanah Wafil akhiroti khasana” yang artinya Ya Allah berilah kebaikan pada kami di dunia ini, dan berilah kebaikan kami di akherat kelak. Dan untuk 2 keselamatan tersebut itulah kemudian Allah SWT menurunkan aturan-aturan untuk menggapai-menggapai keselamatan tersebut. Semua aturan tersebut ada dalam Al-Qur’an, Karena itu untuk selamat orang hanya mempelajari dan mempraktekkan apa yang ada dalam Al-Qur’an itu sendiri. Tapi itu bisa dipastikan akan celaka. Untuk itu mari kita ingatkan semua orang dengan Al-Qur’an agar dapat menggapai keselamatan Dunia Akhirat.



LEMBUT HATI MENGUNDANG SIMPATI

Pesona pribadi Nabi yang ramah, lembut tanpa menyiratkan kelemahan, santun tanpa mengurangi ketegasan, kiranya menjadi daya tarik manusia untuk mengikuti dakwahnya. Karena kelembutannya, masing-masing sahabat mengira sebagai orang yang paling dekat dengan Nabi. Amru Bin Ash contohnya. Terdorong oleh rasa penasaran, sekaligus harapan dan dugaan sebagai sahabat terdekat Nabi, beliau pernah bertanya, “ Wahai Rasullah, siapakah orang yang paling Anda cintai?” Nabi menjawab , “Aisyah!” Beliau belum merasa kecewa, karena masih ada harapan orang pertama yang dicintai Nabi dari golongan laki-laki. “Dari kaum lelaki?” tanyanya. Beliau menjawab,”Bapaknya Aisyah!” Amru menyahut, “Kemudian siapa lagi?” Nabi menjawab, “Umar!” Amru melanjutkan pertanyaannya dan Nabi menjawab dengan beberapa nama sahabat, sedangkan namanya belum disebut juga. Padahal ia merasa sebagai orang yang dekat dan sangat diperhatikan oleh Nabi. Akhirnya beliaupun berhenti bertanya karena khawatir kecewa jika ternyata beliau berada di urutan terakhir.
“Dari kaum lelaki?” tanyanya. Beliau menjawab,”Bapaknya Aisyah!” Amru menyahut, “Kemudian siapa lagi?” Nabi menjawab, “Umar!” Amru melanjutkan pertanyaannya dan Nabi menjawab dengan beberapa nama sahabat, sedangkan namanya belum disebut juga. Padahal ia merasa sebagai orang yang dekat dan sangat diperhatikan oleh Nabi. Akhirnya beliaupun berhenti bertanya karena khawatir kecewa jika ternyata beliau berada di urutan terakhir.

Itulah Rasulullah, yang kelembutannya disebutkan oleh Allah. Segala urusan akan menjadi indah selagi sifat lembut menyertainya. Sebaliknya, tanpa kelembutan, segala urusan menjadi runyam.

Sifat lembut dan santun, ramah dan tak mudah marah tak hanya membuata manusia simpati kepadanya, tapi Allah juga akan mencintainya. Tentu, yang dimaksud sifat lembut itu adalah kelembutan yang tidak mengandung unsur kelemahan, dan santun yang tidak menghilangkan ketegasan.

Hubungan suami istri akan harmonis ketika ada kelembutan. Rasa sakinah akan hadir dalam keluarga ketika kelembutan dan sikap santun menjadi perhiasannya.

Rakyat juga lebih tenteram dan merasa aman memiliki pemimpin yang lembut, tidak kasar dan semena-mena.

Akan halnya dengan orang-orang yang bersikap kasar dan tak peduli dengan perasaan orang lain, niscaya urusannya serba sulit. Jika jadi da’i, tak banyak orang yang bersimpati. Jika jadi suami, tak akan disayang istri. Jika menjadi bapak, tak bisa dibanggakan anak. Jika menjadi pemimpin, rakyat akan berharap ia lengser dengan segera. Wallahu’alam

NASIHAH


“ Umar R.A berkata bahwa lautan itu ada empat : hawa nafsu adalah lautan dosa, nafsu adalah lautan syahwat, kematian adalah lautan umur, dan perkuburan adalah lautan penyesalan.”

“Empat nikmat yang tidak diketahui oleh banyak orang: istri cantik nan bertakwa, rumah yang luas, rejeki yang cukup, dan tetangga yang shalih.”

“Tak ada kata menyerah untuk hidup, tiada kata lelah untuk beramal.”

“Bersama air mata ada senyuman, bersama duka ada kegembiraan, bersama bencana ada karunia, dan bersama ujian ada kemenangan.”

“Hati adalah wadah rahasia, bibir adalah gemboknya, sedangkan lisan adalah kuncinya. Hendaknya setiap orang menjaga kunci rahasianya.”

“Tiada ketenangan dan ketentraman kecuali hati yang selalu bersyukur, lisan yang lepas dari dzikir, tubuh yang senantiasa bersabar saat kuat maupun lemah.”
Selengkapnya...

APA ARTI DIBALIK APA YANG SEKARANG TERJADI?

D unia saat ini boleh dikata telah gelap. Dalam arti penghuni kehidupan dunia saat ini. Sesungguhnya telah tidak mampu lagi memberi jawaban atas apa yang sekarang terjadi. Sehingga yang ada di lubuh hati paling dalam adalah “bertanya” dalam diri sendiri, “ada apa ini?” atau “Apa arti dari semua peristiwa ini?” dan ragam pertanyaan sejenis itu.

Seakan kemudian ingat firman Allah SWT dalam surat Al-Zilzilah ayat 1-3 yang artinya “Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya, dan manusia bertanya : “Mengapa bumi jadi begini?”

Sebenarnya apa yang terjadi “mengeraskan” mengandung muatan yang sejajar dengan tingkah laku maksiat yang juga “mengenaskan” diri manusia sebagai makhluk yang berakal. Jika demikian, tentu berlaku rumusan, bahwa hilangnya maksiat adalah kunci penutup bagi terjadinya tragedi yang mengenaskan.

Untuk itulah, berikut ayat-ayat Allah SWT yang layak kita renungkan bersama, untuk modal memutuskan tentang apa yang seharusnya kita lakukan.

“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja berencana yang menimpamu maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi. .Barang siapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barang siapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari ( akibat ) perbuatan mereka, agar mereka kembali ( ke jalan yang benar ).

Dan sesungguhnya kami merasakan kepada mereka sebagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih berat (di akhirat); mudah-mudahan mereka kembali ( ke jalan yang benar ). Dan siapakah yang lebih dzalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling dari pada-Nya? Sesungguhnya kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa.

Dan barang siapa berpaling dari peringatanku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”.

Janganlah sekali-kali kamu menyangka bahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan janganlah kamu menyangka bahwa mereka terlepas dari siksa, dan bagi mereka siksa yang pedih. Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka. Kamipun, membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.

(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun). Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.

Hai orang-orang yang beriman, berfikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.

Barang siapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barang siapa yang berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hamba-Nya).

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan. Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, sesungguhnya akan Kami tempatkan mereka pada tempat-tempat yang tinggi di dalam surga. yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik pembalasan bagi orang-orang yang beramal. (Yaitu) yang bersabar dan bertawakkal kepada Tuhannya.

Wal hasil ada apa yang terjadi, yang manusia sendiri sesungguhnya telah tidak mampu lagi memberi jawaban kecuali “TAKDIR ALAM”, adalah mengandung peringatan bahwa Allah SWT Maha Kuasa dan apa yang dikemukakan dalam Al-Qur’an sebagai firman-Nya adalah BENAR. Sehingga hanya YANG BENAR sajalah yang wajib DITAATI (Bukan yang selain Allah). Waallahu A’lam
Selengkapnya...

MUALLAF MENGGUGAT SELAMATAN


P ada saat ini kita menyimak hikmah dari hidayah Allah yang diberikan kepada seseorang. Siapa dia? Beliau adalah H. Abdul Aziz asal agama beliau adalah hindu yang taat. Seluruh saudara dan keluarganya juga beragama hindu. Akan tetapi dengan perjalanan hidup beliau Allah merubah menjadi dan masuk agama Islam.

Ketika masih agama hindu, beliau tingkatannya sebagai Romo Surugih, kalau di Yogya seperti istilahnya Ustad setelah tingkat Romo Pimandika yaitu ulamanya. Dan termasuk tim pemurtad yang mengajak Umat Islam masuk agama hindu. Sasaran hindu adalah umat islam Cuma punya KTP saja. Tetapi perjalanan dakwahnya banyak tantangan sehingga kendala tersebut diadukan kepada Romo Pamandika. Dia menganjurkan agar dia mengilmu ilmu untuk penyempurna ilmu Yoga samadi dengan memakai ilmu Mantram Traybagam. Barang siapa yang bisa mengerjakan ilmu tersebut dia akan mempunyai kekuatan supernatural yang bisa menyembuhkan orang sakit, gelisah jadi tenang. Ritual yang harus dilakukan puasa 7 hari 7 malam. Setelah beliau lakukan puasa tersebut ada guncangan dan ujian dan cobaan yang dia hadapi. Dari akhir puasa itu harapan / keyakinan untuk bertemu Tuhan, ternyata Tuhan itu tidak muncul, akan tetapi muncul suara Takbir dan ditolak dengan mantram Trybagam ternyata tidak hilang malah semakin keras suara takbir. Akhirnya puasa dibatalkan dengan kondisi lemah.Setelah muncul hikmah dengan mantap dia masuk Islam dan belajar Al-Qur’an dan Assunnah.

Dari cerita diatas bahwa kita harus ambil hikmah. Umat Islam yang sudah Islam dari kecil tetapi belum banyak mengamalkan ajaran Islam. Tetapi dia baru sebentar langsung yakin bahwa agama yang benar adalah agama islam.

Di dalam surat Al-Baqarah ayat 120 Allah berfirman, yang artinya: “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah : “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.”

Ayat diatas menjelaskan agama Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepada Islam sebelum umat Islam masuk agama Yahudi. Asal mula agama hindu dimulai sungai lembah Hindus Peradaban, sungai di India dari kata Sanskerta. Pada tahun 1500 bangsa Arya menguasai bangsa Inggris. Bangsa Arya juga disebut bangsa Simit. Bangsa Simit adalah orang Yahudi ialah Pakai Kasta. Maka terciptalah kitab Rikwada. Itu sekilas bahwa agama hindu pecahan dari agama Yahudi.

Tantangan umat Islam saat ini adalah dari internal umat Islam belum bersatu. Dan dari Eksternal umat Islam digoncang dan dirusak melalui aqidah, budaya, pemikiran. Yang paling harus orang Yahudi ialah merusak Islam melalui (Bid’ah, khurofat, dan tahayul). Berangkat kebencian yahudi agar umat islam jauh dari syareat Islam. Apa kita gak sadar? Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 70 yang artinya:

Mereka berkata: “Mohonlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu (masih) samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat petunjuk (untuk memperoleh sapi itu).”

Kita boleh meniru-niru agama orang lain karena kita punya pedoman yaitu Al-Qur’an dan Assunnah.


KHATIMAH (PENUTUP)

Sesungguhnya Islam adalah ad-dien yang sempurna. Islam disebut ad-dien oleh karena di dalamnya berisikan tentang aturan-aturan yang mengatur umatnya dalam beribadah karena Allah dan mengatur dalam kaitannya sesama manusia.

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamabagimu. (Q.S. Al-Maidah (5) : 3)

Karena itu tidaklah perlu umat islam mencari ad-dien (aturan-aturan) selain Islam. Karena peringatan Allah SWT,

“Sesungguhnya agama yang diridhai disisi Allah hanyalah Islam. (Q.S. Al-Imron (3) : 19)

Barang siapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (Q.S Ali Imran (3) :85)

Termasuk dalam hal ini adalah cara bershadaqah yang benar sebagai upaya pendekatan diri kepada Allah SWT. Umat Islam tidak perlu membuat aturan-aturan baru yang sebenarnya didalam Al-Qur’an dan as-sunnah sudah ada. Anggapan tidak ada atau belum adanya aturan-aturan itu hanya semata-mata karena umat ini belum mengkaji ajaran agama Islam secara tuntas dan utuh (masih persia), bukan karena memang tidak ada.

Andaikan tidakpun, para ulama telah bersepakat untuk melakukan upaya penggalian secara mendalam dengan penuh kehati-hatian agar tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, yang kemudian dikenal dengan ijma dan qiyas.

Untuk sampai pada amalan yang benar sudah saatnya umat ini kembali membuka dan mengkaji dua warisan Rasulullah saw, yaitu Al-Qur’an dan as-sunnah.

Dari malik bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Telah aku tinggalkan pada kamu dua perkara, kalian tidak akan sesat selama kamu berpegang kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan sunnah nabinya. ‘(Imam Malik al Muwaththa’,1395)

103. Katakanlah: “Apakah akan kami beeritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. 105. Mereka itu orang-orang yang Telah Kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia, maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi amalan mereka pada hari kiamat. 106. Demikianlah balasan mereka itu neraka jahanam, disebabkan kekafiran mereka dan disebabkan mereka menjadikan ayat-ayat-Ku dan rasul-rasul-Ku sebagai olok-olok. 107. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal. (Q.S. Al-Kahfi (18) : 103-107)

Kelak, sangatlah besar resikonya disisi Allah, orang yang beramal hanya dengan mengikuti kebanyakan orang dan tidak berdasar pada tuntunan Allah dan Rasul. Allah mengingatkan bahaya beramal dengan tidak berdasar pada aturan Allah dan Rasul.

116. Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah). 107. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui tentang orang yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia lebih mengetahui tentang orang-orang yang mendapat petunjuk (QS. Al-An’am (6) : 116-117)

Di akhirat mereka akan menyesal karena pendengaran, penglihatan dan hati serta akal fikirannya akan dimintai pertanggungjawaban.

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyaipengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawabannya. (QS. Al-Isra’ (17) : 36)

9. Mereka menjawab: “Benar ada”, Sesungguhnya tellah datang kepada kami seorsng pemberi peringatan, maka kami mendustakan(nya) dan kami katakan : “Allah tidak menurunkan sesuatupun; kamu tidak lain hanyalah di dalam kesesatan yang besar”. 10. Dan mereka berkata: “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala”. 11. Mereka mengakui dosa mereka. Maka kebinasaanlah bagi penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala. 12. Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya yang tidak nampak oleh mereka, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar. (QS. Al-Mulk (67) : 9-12)

Akhirnya, semoga kita termasuk golongan orang-orang yang mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya.
Selengkapnya...

SARANA BERTAMBAHNYA IMAN

K ewajiban kita untuk mempertahankan iman itu hal yang lumrah. Tapi untuk berkurangnya iman pada seseorang itu hal yang naïf. Kenapa? Agar kita tidak merugi dan menyesal kita selalu menambah iman pada setiap saat dan waktu. Bagaimana caranya iman itu bertambah. Ada pertanyaan yang mendasar yang perlu kita renungkan.

Dari mana kita berasal?
Siapa yang membawa kita ke dunia?
Untuk apa kita hadir di dunia?
Setelah ini mau kemana?

Beberapa pertanyaan di atas, menggambarkan bahwa menjadi sarana bertambah imannya pada seorang hamba. Kalau tidak direnungkan, akibatnya bisa menjadi hamba yang lalai dan meremehkan hidup.



Sebagian orang berkata: “sesungguhnya ada saat-saat yang melintas pada hati jika ahli surga berada dalam suasana seperti itu, maka sungguh mereka benar-benar berada dalam kehidupan yang menyenangkan.” Dia adalah masa-masa jernihnya iman dan bersihnya jiwa dari noda-noda maksiat dan kesalahan. Barang siapa memperhatikan masa-masa singkat ini maka dia akan mengetahui hakikat sebua keimanan. Sesungguhnya seorang hamba dengan amalnya akan sampai pada nilai kebahagiaan dan keluhuran, karena manisnya iman dan benarnya keyakinan yang dia rasakan. Dan sesungguhnya dia juga akan sampai pada tingkatan kesengsaraan dan kesukaran karena sedikitnya imandan lemahnya keyakinan, karenanya berbagai maksiat dan kesalahan.



Sungguh, Hanzhalah RA telah merasakan hakikat ini – yaitu hakikat berbolak baliknya iman, antara bertambah dan berkurangnya iman yang mengikuti berubahnya kondisi seorang hamba. Berkatalah Hanzhalah RA; “subhanallah apa yang kamu katakan?” Hanzhalah RA menjawab; “kita di sisi Rasulullah diingatkan dengan surga dan neraka, seakan-akan kita meliatnya dengan mata kepala. Dan setelah kita keluar dari hadapan Rasulullah, kita bergaul dengan istri dan anak-anak serta segala urusan kehidupan, kita banyak lupa.” Abu bakar RA berkata: “demi Allah kita juga mengalami hal yang serupa.” Kemudian Hanzhalah dan Abu Bakar RA berangkat hingga keduanya tiba di hadapan Rasulullah SAW. Maka Hanzhalah berkata: “hanzhalah munafik, wahai Rasulullah!” maka Beliau bertanya: “apa itu?” maka hanzhalah menjawab: “wahai Rasulullah, kita itu dihadapan anda, anda memperingatkan kami dengan surga dan neraka seolah-olah hal itu terlihat di hadapan mata, akan tetapi apabila kita keluar dari hadapan anda dan bergaul dengan istri, anak-anak dan segala urusan kehidupan, kita banyak lupa.” Maka Rasulullah bersabda: “Demi Allah, yang jiwaku ada di tangan-Nya! Seandainya kamu dapat melanggengkan kondisi (keimanan) yang kamu rasakan ketika kamu ada di hadapanku dan di dalam dzikir niscaya malaikat akan menjabat tanganmu di atas tempat tidurmu dan di perjalananmu. Akan tetapi, wahai hanzhalah sesaat dan sesaat.” Beliau mengulang 3 kali. (HR. Muslim)



Perhatikan gambaran Nabi SAW terhadap keimanan sebagian pelaku kemaksiatan ketika melakukan kemaksiatan, Nabi SAW bersabda: “Tidaklah berzina seorang pezina ketika berzina ia dalam keadaan beriman, dan tidaklah meminum khamr saat meminumnya sedang ia dalam keadaan beriman, dan tidaklah mencuri saat ia melakukan mencuri ketika dia dalam keadaan beriman, dan tidaklah merampas rampasan yang manusia menyaksikannya saat ia merampasnya ketika ia dalam keadaan beriman.” (Muttafaqun Alaih)



Sesungguhnya penafian keimanan mereka oleh Nabi SAW – sekalipun para ulama telah berkata bahwa yang dimksud disini adalah penafian kesempurnaan iman, dan bukabn penafian pokok iman – menggambarkan sebuah tingkatan kejatuhan iman saat maksiat dilakukan. Hingga tidak lagi efektif di dalam melarang pelakunya dari kemungkaran, dan mendorongnya untuk berbuat kebaikan, seakan-akan iman tidak ada wujudnya.



Semua itu menunjukkan kepada kita tentang hakikat iman, yaitu bahwasannya iman bukanlah sebuah perkara yang konstan (tetap, tidak berubah) yang tidak akan berkurang. Bahkan iman itu adalah perkara yang menerima tambahan jika seorang hamba datang dengan membawa sebab-sebab tambahnya iman, dan juga menerima pengurangan, bahkan iman akan hilang sama sekali jika seorang hamba datang dengan membawa pembatal-pembatalnya. Al- Qur’an telah menjelaskan hakikat ini – yaitu hakikat bertambah dan berkurangnya iman – dalam banyak ayat hingga menjelaskan bahwa iman adalah merupakan hadiah Rabbani, dan anugerah yang wajib di jaga dengan menjauhi apa-apa yang menguranginya dari berbagai perbuatan maksiat atau dari perbuatan dan ucapan kufur yang bisa menghilangkan-nya.



Diantara ayat tersebut adalah firman Allah SWT : “Dia-lah yang tela menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada)”. (QS. Al- Fath : 4)



Dan firman Allah SWT : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (Al -Anfal:2)



Adapun dalam hadist, maka sangat banyak, dintaranya sabda Nabi SAW. “Barang siapa diantara kamu melihat satu kemungkaran maka hendaklah merubahnya dengan tangannya, jika ia tidak sanggup maka dengan lisannya dan jika tidak sanggup (juga) maka dengan hatinya. Dan yang demikian itu adalah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)



Dan sabda Nabi SAW juga : “orang-orang mukmin yang sempurna keimanannya adalah ia yang paling baik akhlak mereka.” (HR. Ahmad dan At Turmudzi dan dia menshahihkan-nya dan dishahihkan ole Al-Abani dalam Shahihul Jami’)



Al-Hulaimin berkata: “sabda ini menunjukkan bagusnya akhlak adalah iman , dan bahwa ketiadaannya adalah berkurangnya iman, dan bahwa orang-orang mukmin berebeda-beda keimanan mereka, maka sebagian merek lebih sempurna keimanannya dari sebagian yang lainnya.



Maka jelaslah dengan ini semua, bahwa bertambah dan berkurangnya iman tidaklah datang secara serampangan tanpa sebab secara tiba-tiba. Akan tetapi bertambah dan berkurangnya iman itu disebabkan oleh berbagai sebab. Ketaatan adalah sebab bertambah-nya iman, sedang maksiat adalah sebab berkuangnya iman. Dan ini adalah perkara yang dirasakan oleh jiwa seorang muslim. Seorang muslim ketika berada dalam shalatnya yang khusyu’ berbeda dengan keadaannya ketika melakkan perbuatan duniawi, apalagi ketika ia melakukan maksiat (AR)*
Selengkapnya...

REALITA UMAT ISLAM SEBAGAIMANA DIBERITAKAN NABI SAW


"S udah dekat umat-umat selain islam untuk berkumpul untuk menghadapi kalian sebagaimana berkumpulnya orang-orang yang makan menghadapi bejana makanannya” lalu seorang bertanya: “apakah kami pada saat itu sedikit?” Beliau menjawab: “Tidak, bahkan kalian pada saat itu banyak akan tetapi kalian itu seperti buih banjir, dan Allah akan menghilangkan dari diri musuh-musuh kalian rasa takut terhadap kaliandan menimpakan kepada hati-hati kalian wahn”, lalu seorang bertanya lagi: “wahai Rasulullah apa wahn itu?” Beliau menjawab : “Cinta dunia dan takut mati(sunnah Abu Dawud no 4297 dan Al-Bani berkata Shahih)


1). Musuh-musuh senantiasa memata-matai pertumbuhan umat isalam dan negaranya, karena mereka mengetahui bahwa wahn sudah menjalar pada umat islam. Bahkan hal ini sudah mereka lakukan sejak umat islam dalam kondisi sangat kuat, yaitu di bawah kepemimpinan Rasulullah.

2). Musuh-musuh islam bersekongkol dan berkonspirasi untuk menjajah umat islam.

3). Negeri-negeri kaum muslimin adalah sumber keberkahan, yang memikat orang-orang kafir untuk menguasainya, dimana negeri islam di umpamakan seperti tanpa yang berisi makanan, yang orang-orang kafir menguasainya.

4). Musuh-musuh islam mencaplok keberkahan negeri-negeri islam. Mereka mencuri kekayaannya dengan mudah sekali tanpa ada penentangan yang berarti.

5). Musuh-musuh islam tidak takut lagi kepada kaum muslimin. Karena kewibawaan kaum muslimin telah hilang. Padahal sebelumnya mereka begitu sangat ketakutan kepada kaum muslimin. Sebagaimana firman Allah QS . Ali-Imron 51: yang artinya “Sesungguhnya Allah, Tuhanku dan Tuhanm, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus”.

6). Kekuatan kaum muslimin bukanlah pada jumlah umatnya yang banyak, tentaranya yang kuat dan persenjataannya yang lengkap tetapi pada aqidah dan manhajnya. Kita bisa melihat pada pernyataan Allah SWT tentan perang Hunain. “Sesunguhnya Allah telah menolong kamu (Hai para mu’minin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunaian, yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dengan bercerai-cerai”. (QS. At-Taubah 25)



“Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-nya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan Bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang kafir, dan demikian pembalasan kepada orang-orang yang kafir”. (QS. At-Taubah 26)



“Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: “Sesunguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai . maka siapa diantara kamu meminum airnya, bukanlah ia pengikutku.” Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa oran diantara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang beriman bersama dia menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah meminum berkata: “Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya.” Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata: “Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak denga izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah 249)



7). Kaum muslimin mudah di ombang-ambingkan oleh musuh-musuh islam, dimana Nabi mengibaratkan sebagai Buihnya banjir. Mari melihat sifat-sifat buihnya banjir:

- Buih senantiasa terbawa oleh gelombangnya banjir. Demikian juga umat islam senantiasa terbawa oleh arus gelombangnya kuffar.

- Buih merupakan sampah, tidak bermanfaat bagi kehidupan manusia. Demikian juga kaum muslimin, tidak bisa menjalankan perannya sebagai umat yang mulia dan tinggi.

- Buih yang dibawa oleh banjir, merupakan campuran dari berbagai macam kotoran. Demikian juga pemikiran-pemikiran kaum muslimin telah tersususpu berbagai pemikiran-pemikiran sesat dan menyimpang karena mengadopsi dari sumber-sumber selain Al-Qur’an dan Hadist.

- Buih tidak mampu menentukan arahnya sendiri. Demikian juga kaum muslimin sering kali terperosok ke dalam lubang yang digalinya sendiri karena tidak mengetahui langkah-langkah dan program-program yang telah digariskan oleh musuh-musuh islam.



8). Kaum muslimin telah menjadikan urusan dunia sebagai prioritasnya dan mengabaikan akhirat, sehingga mereka benar-benar mencintai duni dan tidak mempersiapkan bekal untuk kematian.

Itulah keadaan kaum muslimin betapa mereka terperosok jauh ke dasar jurang setelah sebelumnya berjaya di permukaan bumi. Kaum muslimin tidak akan kembali jaya keciuli dengan kembali pada ajaran agamanya secara utuh dan untuk bisa beragama secara benar kita harus mengikuti pemahaman generasi terbaik, yaitu Al-Qur’an al-mufadldlalah: para sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in.



Beberapa sebab lain yang dijelaskan oleh hadist Nabawiyah

Dari Ibnu Umar, meriwayatkan dari Nabi, beliauu bersabda : “Bagaimana keadaan kalian apabila terjadi 5 perkara pada diri kalian, aku berlindung kepada Allah hal itu akan terjadi pada kalian, atau kalian mendapatinya: 1. tidaklah fahisyah (kekejian) muncul pada suatu kaum, yang mereka melakukannya secara terang-terangan, kecuali akan muncul sebagai wabah dan berbagai penyakit yang belum pernah terjadi pada orang-orang sebelum mereka. 2. tidaklah suatu kaum mencegah (enggan membayar) zakat, melainkan mereka akan dicegah dari turunnya hujan dari langit, dan jika bukan karena binatang ternak niscaya hujan itu tidak akan diturunkan. 3. tidaklah suatu kaum berbuat curang pada timbangan dan takaran jual beli, melainkan mereka di adzab dengan paceklik, kesusahan hidup dan kezhaliman penguasa. 4. tidaklah para pemimpin mereka berhukum dengan selain apa yang diturunkan Allah, melainkan Allah akan menjadikan musuh menguasai mereka, lalu merampas sebagian yang ada dari apa yang ada di tangan mereka.(4) 5. Dan tidaklah mereka meninggalkan kitabullah dan sunnah nabinya melainkan Allah menjadikan perselisihan diantara mereka. (5)” (Shahih Jami’ush Shagir 4/103 No.4119

Selengkapnya...

HATI-HATI DENGAN BAHAN MAKANAN TAMBAHAN MAKANAN YANG BERBAHAYA


Kondisi di lapangan
S aat ini dipasaran masih banyak terdapat bahan-bahan tambahan makanan berbahaya pada sejumlah produk pangan olahan industri rumah tangga dan industri kecil. Hal itu terjadi karena kurangnya wawasan pengusaha terdapat keamanan pangan (Food safety).
Banyak contoh pelanggaran telah terjadi di lapangan. Sebagai wujud ketidaktahuan akan resiko bahaya yang tersembunyi dibalik tindakan tersebut. Beberapa saat yang lalu, malahan ada pedagang ikan asin yang menyemprotkan obat pembasmi serangga (nyamuk) ke ikan-ikan asin dagangannya dengan tujuan agar dagangannya tidak dikerubungi lalat. Akhirnya, zat beracun obat nyamuk tersebut malahan menempel pada ikan asinnya.
Praktisi di Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) beberapa kali menemukan produk-produk seperti sirup, mie, tahu, bakso, mengandung bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia, seperti : pengawet berbahaya (benzoat, formalin, dll), pengenyal buatan (borak,dll), pewarna berbahaya (Rhodamin-B, Methanyl Yellow,dll), dan bahan tambahan lain dengan dosis yang berlebihan.
Secara kasat mata memang agak sulit untuk menentukan apakah produk pangan olahan yang ditemukan mengandung bahan-bahan kimia berbahaya atau tidak. Apalagi bila dosisnya sangat sedikit. Akan tetapi, apabila dosisnya cukup banyak, maka kita bisa mengetahuinya dari penampilan luar yang nampak nyata (penampilan visual).

Dasar Hukum Pelarangan :
Untuk menjaga kesehatan manusia, maka ada beberapa regulasi pemerintah yang mengatur hal ini, seperti :
1.) Undang-undang Pangan No. 8 TAHUN 1999, tentang perlindungan Konsumen.
2.) Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI No. 208/Menkes/Per/IV/85, tentang Pemanis Buatan. Pemanis Buatan hanya digunakan untuk penderita diabetes (sakit gula) dan penderita yang memerlukan diet rendah kalori, yaitu : aspartame, Na-sakarin, Na-siklamat, dan sorbotol.
3.) Peraturan pemerintah No. 72 Tahun 1998, tentang pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan.
4.) Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999, tentang Label dan Iklan Pangan. Macam-macam Bahan Kimia Berbahaya :
Bahan kimia yang digunakan sebagai tambahan makanan yang dikategorikan berbahaya diantaranya adalah sebagai berikut :
1.) Pengawet Berbahaya
Biasanya terdapat dalam bentuk : Formalin, Benzoat (bila terlalu banyak), dll.
2.) Pewarna Buatan
Biasanya terdapat dalam bentuk : pewarna merah Rhodamin-B, pewarna kuning Methanyl Yellow, dlll.
3.) Pemanis Buatan
Biasanya terdapat dalam bentuk : Na (sodium) - Saccharine (sakarin), Na- Cyclamate (siklamat), aspartame, sorbitol, dll.


Dampak Negatif Bagi Kesehatan Manusia :
Terdapat banyak efek (dampak) negatif penyalahgunaan (kontaminasi) bahan kimia berbahaya yang dipakai sebagai bahan tambahan pangan. Diantara efek negatif yang sering muncul adalah :
1. Keracunan, mulai ringan hingga mati.
2. Kanker, seperti kanker leher rahim, paru-paru, payudara, prostat, otak, dll.
3. Kejang-kejang, mulai tremor hingga berat.
4. Kegagalan peredaran darah (gangguan fungsi jantung, otak, reproduksi, endokrin)
5. Gejala lain, seperti : muntah-muntah, diare berlendir, depresi, gangguan syaraf, dll.
6. Gangguan berat, seperti : kencing darah, muntah darah, kejang-kejang, dll.

Makanan Yang Mengandung Babi
Skema Manfaat Dan Penggunaan Babi
-LEMAK
* Lemak & gliserin : Softdrink, bahan kosmetik (facial, hand & body lotion), sabun, dll.
* Emulsifier : Lesitin, E471, dll.
* Lard (lemak babi) : pengempuk dan pelezat rerotian & coklat.
* Minyak : penyedapa makanan.
* Bahan starter Vetsin (kasus Ajinomoto)

-BULU
* Bahan kuas (BRISTLE) : kuas roti, kuas cat tembok, kuas lukis.
Laporan Biro Pusat Statistik (2002) : Periode Januari - Juni 2001, Indonesia mengimpor boar bristle & pig/boar hair sejumlah 282,983 ton (senilai 1.713.3309 US $)
Bulu Kuas : Plastik atau bulu babi? Ambil 1 helai, bakar! Bagaimana baunya? Bila baunya sama dengan bau rambut/kuku binatang terbakar, maka itu adalah bulu binatang (bau protein keratin)

-DAGING
* Sumber protein hewani yang murah (lebih murah dari daging sapi) dan tersedia di pasaran.
* Daging babi empuk, serat halus, dan rasanya lezat.
* Dapat dipakai sebagai campuaran bakso, siomay, bakmi goreng, dll.

-KOTORAN
* Pupuk tanaman apel di Jepang (bertanggung jawab pada warna merah kulit)
* Pupuk sayuran (Batturaden, dll).

-TULANG
* Industri pariwisata : patung, dll
* Industri makanan/minuman : arang tulang sebagai filter penyaring air mineral
* Industri obat : gelatin sebagai bahan soft capsule
* Industri pertukangan : bahan lem, dll

-ORGAN DALAM
* Transplantasi : ginjal, hati, jantung
* Plasenta : Kosmetika (facial, hand & body lotion), sabun, dll.
* Enzim, pankreatin, pepsin, dll.

-KULIT
* Industri kulit (leather handicrafts) : tas, sepatu, dompet, dll.
* Makanan : Krecek dan kikil
Selengkapnya...

BERMAULID . . . ? ? ?

D alam pandangan awam, bermaulid nabi seakan dikesankan sebagai “penyempurna” dan bahkan “kewajiban” dalam beragama. Jangan marah, sekali lagi memang seperti itulah orang awam memandang Maulid Nabi, betapapun gelar yang dipundaknya adalah intelek, guru, gus, kyai, ustadz, ataupun gelar-gelar yang lain.

Beda halnya dengan pandangan umat Islam yang tercerahkan. Mereka biasanya memandang tradisi Maulud Nabi adalah tradisi yang memiliki muatan kesejahterahan umat Islam. Adalah Abu Said Al-Mudhofar (ipar dari Salahudin Al Ayyubi yang memiliki gagasan cemerlang dalam rangka membangkitkan semangat jihad umat Islam yang saat itu sedang dalam “bidikan” perang salib, dan bahkan Mongolia. Terasalah oleh beliau, bahwa umat telah mulai terjangkit penyakit wahn yakni cinta dunia dan takut menyongsong kematian.

Demi “penyelamatan” begitulah kira-kira bahasanya, maka Al-Mudhofar berinisiatif untuk menempuh cara yang dapat diharapkan akan mampu membangkitkan semangat juang dari umat Islam. Maka diadakanlah “lomba” membedah sejarah pahit getir dan manisnya perjalanan hidup Nabi besar Muhammad SAW. Konon, kitab yang dikarang oleh Az Ziba’I (yang selanjutnya dikenal dengan kitab dzibak) adalah termasuk karya yang masuk nominasi dalam lomba tersebut (yang pada gilirannya kitab tersebut ternyata telah disalah artikan oleh sebagian umat Islam Indonesia, sehingga dengan kitab itu sama sekali tidak menumbuhkan juang li’laikulimatillah).

Biasanya, dari sudut pandang kesejarahan inilah kalangan umat Islam yang tercerahkan menatap tradisi bermaulid nabi. Sehingga ada kalangan yang memaknai maulid nabi dengan tetap menjunjung tinggi “tujuan kesejarahannya”. Yakni diharapkan akan “TUMBUHNYA SEMANGAT JUANG DARI UMAT ISLAM TERHADAP KEBENARAN AGAMANYA”Untuk itu ragam strategi dirancang dan diujicobakan, dimulai dari membedah kuluhuran Nabi dari sisi kelahirannya prilaku sosialnya, prilaku politiknya, prilaku ubudiyahnya, muamalahnya, dan bahkan prinsip aqidahnya. Kadang juga dibedah kepurnaan ajaran pewahyuan Allah atas Nabi melalui Al-Maidah ayat 3 juga riwayat tetesan air mata beliau saat mendengar bacaan Ibnu Mas’ud atas surat An-Nisa’ ayat 41. Prinsip syahadahpun ditebar agar dikenal oleh umat Islam melalui terminologi jihad. Penghargaan atas para syuhadak hingga keluhuran-keluhuran lainnya sebagaimana dalam surat Ali Imron ayat 169-173. Konsep siasah dan atau kenegaraanpun tidak ketinggalan juga dikabarkan agar dikenal oleh umat Islam. Konsep ukhrowipun demikian adanya. Dan ragam strategi lainnya.

Tetapi apakah hasilnya……? Untuk sementara lagi-lagi kita harus berucap bahwa, tradisi makanan dalam nuansa bermaulid di Indonesia ternyata masih begitu kokoh. Para pemandu “makanan” dalam bermaulid nabi, masih kuat bertengger di menara gading keawaman umat ini. dan birokrasi “makanan” masih begitu digjaya.

Tetapi lagi-lagi kita memang masih harus bertahan, bahwa perjuangan untuk kembali pada Al-Qur’an dan As Sunnah belumlah selesai. Jalan terjal masih……..terjal di depan mata. Liku-liku tajam perjuangan masih harus kita hadapi dengan hati-hati. Dan ini tidak berakhir, meski banyak kalangan yang belum bisa menyukai sebagaimana Allah berfirman yang Artinya: “Dialah yang mengutus RasulNya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang-orang musyrik benci”. (Q.S As – Shof ayat 9)

Terakhir, mari kita renungkan firman Allah yang artinya : “(yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi (Muhammad SAW) yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurot dan Injil di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung”.





Apa kewajiban seorang pemimpin :


1. Kekuatan ilmu dan kekuatan jasmani.

Tipe pemimpin yang Allah kehendaki adalah orang yang diberi oleh Allah dengan kekuatan ilmu kepemimpinan dan kekuatan jasmani, kedua kekuatan ini ialah sebagai sarana pendukung, keberanian dan kepeloporan serta kemampuan menggalang rakyat kepada kebaikan. sebagaimana Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqoroh : 247)

2. Kekuatan, keyakinan dan kesabaran

Kaum Mukminin akan mencapai derajat tertinggi dalam agamanya adalah derajat kepemimpinan yang selevel dengan derajat para Shiddiqin bila mereka itu, sabar dalam membekali dirinya dengan ilmu agama dan sabar dalam beramal yang mencapai keyakinan yang kuat. Firman Allah yang artinya : “Dan kami jadikan diantara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat kami.” (Q.S. As Sajadah : 24)

3. Bertanggung jawab terhadap nasib penderitaan ummatnya dengan mempelopori perjuangan perbaikan nasib rakyat.

4. Bersungguh-sungguh dalam membangkitkan semangat rakyat untuk berbuat kebaikan serta mencegah dan membahas segala bentuk kemungkaran. Allah berfirman surat Al Hajj ayat 40-41.

5. Menyayangi ummatnya dan selalu mendo’akan kebaikan bagi ummatnya. “Dari Auf Bin Malik dari Rosulullah SAW bersabda : Sebaik-baik pemimpin kalian ialah yang kalian mencintainya dan dia mencintai kalian. Dia mendo’akan kebaikan kalian dan kalian mendo’akan-nya dengan kebaikan. Sejelek-jelek pemimpin kalian ialah yang kalian membencinya dan ia membenci kalian. Kalian mengutuk nya dan ia mengutuk kalian. (H.R. Muslim dalam shohihnya Kitabul Imaroh).

Itulah kriteria pemimpin dalam Al-Qur’an dan Al Hadist. Kita sebagai ummat Muhammad selayaknya-lah kita harus berusaha menjadi pemimpin yang dijelaskan Allah dan Rasul-Nya. Wallahu ‘Alam Bishawab.

Selengkapnya...

Assalamualaikum

Blog ini adalah blog pertama saya, yang selanjutnya akan saya kelola dengan sebaik-baiknya agar bisa bermanfaat khususnya bagi diri saya sendiri dan umumnya bagi para pembaca sekalian..
akhir kata, saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun pastinya dari para pembaca sekalian agar blog ini bisa menjadi lebih baik lagi.. terima kasih.

Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh Selengkapnya...